www.wartafakta.id – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren negatif yang berkelanjutan dan menutup kinerja pada hari pertama perdagangan minggu ini dengan hasil yang kurang menggembirakan. Pada Senin, 23 Juni 2025, IHSG tercatat melemah signifikan, mengikuti jejak pasar global yang dipengaruhi oleh ketegangan internasional, khususnya serangan yang dilancarkan oleh Amerika Serikat terhadap infrastruktur nuklir Iran.
Berdasarkan data yang dirilis, IHSG ditutup pada angka 6.787,14 setelah mengalami penurunan 1,74% yang cukup mencolok. Penurunan ini membuat posisi IHSG tergerus jauh dibandingkan akhir pekan lalu yang berada di level 6.900.
Pada awal perdagangan hari tersebut, IHSG sempat mencapai titik tertinggi di 6.834,76, namun kemudian merosot mencapai level terendah di 6.745,14. Dalam perdagangan tersebut, sekitar 533 saham mengalami penurunan, sementara hanya 128 saham yang mencatatkan penguatan.
Analisis Pergerakan IHSG di Tengah Ketegangan Global
IDari total frekuensi perdagangan yang tercatat, terjadi sebanyak 1.363.337 transaksi saham, dengan total volume perdagangan mencapai 25,4 miliar lembar saham. Nilai transaksi keseluruhan mencapai Rp 12,8 triliun, menunjukkan dinamika perdagangan yang cukup signifikan meski dalam keadaan melemah.
Menyaksikan pergerakan nilai tukar, posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berada dalam kisaran Rp 16.480. Tren ini tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi investor dan analis pasar, terutama dalam konteks pengaruh ekonomi global terhadap perdagangan dalam negeri.
Data sektor-sektor saham menunjukkan bahwa hampir seluruh sektor mengalami penurunan. Sektor consumer siklikal menjadi yang paling terpengaruh dengan penurunan hingga 3,36%. Dalam hal ini, sektor lainnya juga menunjukkan tren negatif, termasuk sektor properti yang terpangkas 2,97% dan sektor teknologi dengan merosot 2,54%.
Dampak Sektor Terhadap IHSG dan Pergerakan Saham Tertentu
Lebih lanjut, sektor energi juga mencatatkan penurunan yang cukup signifikan, dengan pergeseran 2,16%. Sebagian besar sektor mengalami penurunan, termasuk sektor basic yang turun 1,16% serta sektor industri yang terjebak pada angka -1,6%. Hal ini menandakan dampak besar dari gejolak pasar terhadap berbagai sektor industri.
Sektor consumer nonsiklikal pun tak luput dari penurunan dengan angka 2,11%, sementara sektor kesehatan merosot 1,66%. Sektor keuangan sendiri mengalami penurunan 1,4%, dan meskipun beberapa sektor seperti infrastruktur dan transportasi menunjukkan penurunan yang lebih kecil, hal ini tetap mencerminkan tren negatif secara keseluruhan.
Data ini menunjukkan bahwa tanpa adanya sentimen positif dari sektor tertentu, IHSG mungkin akan terus berfluktuasi dalam zona merah, menciptakan ketidakpastian bagi para investor. Hal ini harus diperhatikan oleh para pelaku pasar, baik yang berinvestasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Peluang dan Tantangan di Tengah Ketidakpastian Pasar Saham
Di tengah penurunan IHSG, ada beberapa saham tertentu yang mencatatkan kenaikan dan menunjukkan potensi untuk dipertimbangkan. Saham PSAB, misalnya, berhasil mencatatkan lonjakan signifikan dengan kenaikan 4,66% menjadi Rp 494 per saham. Hal ini mencolok di antara tren negatif yang berlaku di pasar.
Harga saham PSAB sempat menyentuh level tertinggi di Rp 525 dan level terendah di Rp 474. Total frekuensi perdagangan yang mencapai 14.138 kali dengan volume 1.348.359 saham menjadikan saham ini perhatian tersendiri di kalangan investor.
Saham lainnya yang mencatatkan kinerja baik adalah MEDC, yang melesat naik 1,4% ke posisi Rp 1.450 per saham. Saham MEDC ini dibuka dengan kenaikan awal dan memiliki volume perdagangan yang cukup signifikan mencapai 2.261.764 saham. Nilai total transaksi juga menunjukkan angka yang menggembirakan dengan Rp 334,2 miliar.
Di lain pihak, beberapa saham juga tidak dapat terhindar dari dampak negatif di pasar. Misalnya, harga saham BRMS mengalami penurunan sebesar 2,42% hingga mencapai Rp 404 per saham. Meskipun dibuka dengan sedikit kenaikan, pergerakan saham BRMS tidak mampu menahan arus penurunan di pasar yang lebih luas.
Dengan demikian, analisis yang lebih mendalam diperlukan untuk memahami dinamika yang terjadi di pasar saat ini. Ketidakpastian yang dihadapi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi domestik tetapi juga oleh faktor-faktor global yang dapat memicu fluktuasi lebih lanjut di IHSG.