www.wartafakta.id – Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah, Dyah Lukisari, menegaskan bahwa untuk memperluas program beras rendah karbon, penting untuk melibatkan Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan. Kolaborasi ini diharapkan mampu mempercepat implementasi program demi mencapai tujuan lingkungan dan pangan yang lebih baik di daerah tersebut.
“Saat ini, Bank Indonesia sudah ikut berpartisipasi dengan melakukan intervensi di enam kabupaten, termasuk Klaten, Boyolali, dan Sragen,” jelas Dyah. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk mendukung program berkelanjutan yang menyentuh aspek ketahanan pangan.
Dyah menjelaskan lebih lanjut mengenai nilai investasi untuk konversi mesin penggilingan padi dari bahan bakar solar ke listrik, yang rata-rata berkisar antara Rp250 juta hingga Rp300 juta untuk setiap titik. Ini adalah langkah awal yang diambil untuk mendukung pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari sektor pertanian.
Inisiatif Bank Indonesia dalam Program Beras Rendah Karbon
Dyah mengungkapkan bahwa CSR yang diberikan oleh Bank Indonesia mencapai sekitar Rp1,8 miliar, dengan mesin penggilingan padi yang tersebar dalam beberapa lokasi seperti Demak, Jepara, Kudus, serta di kawasan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang. Investasi ini diharapkan dapat mendorong efisiensi dalam proses penggilingan padi yang lebih ramah lingkungan.
Melalui program ini, petani diharapkan bisa mendapatkan akses ke teknologi yang lebih baik. Dengan menggunakan mesin yang lebih efisien, diharapkan hasil padi yang diperoleh juga bisa meningkat, memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani lokal.
Keberadaan mesin penggilingan yang menggunakan listrik juga menjadi langkah penting ke arah pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, Dyah berharap bahwa ke depan akan ada mesin yang menggunakan sumber energi terbarukan.
Pencarian Energi Berkelanjutan untuk Pertanian
“Sejalan dengan arahan dari Gubernur Ahmad Luthfi, kami berencana untuk melakukan konversi mesin penggilingan dengan sumber energi dari tenaga surya,” ungkap Dyah. Ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Dyah menambahkan bahwa mereka juga sedang merencanakan pilot project dengan menggunakan 1-2 mesin penggilingan yang beroperasi dengan tenaga surya. Inisiatif ini masih dalam tahap pembahasan, tetapi diharapkan bisa segera diterapkan di lapangan.
Adanya teknologi baru ini diharapkan bisa meningkatkan efisiensi produksi pertanian, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta memberikan pelajaran bagi petani tentang penggunaan energi terbarukan.
Kerja Sama dengan Negara Uni Eropa untuk Ketahanan Pangan
Pemprov Jawa Tengah juga memperkuat kerja sama internasional dengan 12 negara Uni Eropa, termasuk Austria, Siprus, Jerman, dan Belanda. Kerja sama ini bertujuan untuk mendapatkan bantuan teknis dan dukungan finansial dalam pengembangan ketahanan pangan yang lebih baik di provinsi tersebut.
Kolaborasi dengan negara-negara Eropa diharapkan dapat membawa inovasi dan teknologi baru dalam praktik pertanian lokal. Hal ini akan sangat berguna untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil pertanian di Jawa Tengah.
Lebih jauh, kerja sama internasional ini dapat membuka peluang bagi Jawa Tengah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara lain. Dengan pengalaman tersebut, diharapkan bisa diperoleh solusi yang lebih efektif dalam mengatasi isu ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.