Jakarta – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, yang dikenal luas dengan jaringan gerai Alfamart, kini menjadi sorotan dalam dunia bisnis ritel. Perusahaan ini baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah mengambil alih 70% sahamm PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), yang merupakan pemegang lisensi waralaba Lawson di Indonesia.
Proses pengambilalihan ini melibatkan transaksi pembelian yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 1.484.855.160 lembar saham dari PT Midi Utama Indonesia Tbk. Sebelumnya, MIDI adalah pemilik mayoritas Lawson. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 200,46 miliar dan harga pembelian per saham sebesar Rp 135, pengambilalihan ini menegaskan posisi Alfamart sebagai pemilik utama dan pengendali merek Lawson.
Pengambilalihan ini mencerminkan langkah strategis yang diambil oleh PT Sumber Alfaria Trijaya untuk menguatkan konsolidasi di sektor ritel domestik. Kini, mereka tidak hanya menguasai Alfamart dengan lebih dari 22.000 gerai di Indonesia, tetapi juga memperluas portofolio mereka melalui kendali langsung atas Lawson.
Di balik kesuksesan Alfamart, sosok Djoko Susanto patut dicermati. Pria yang kini berusia 75 tahun ini adalah pendiri dan penggagas di balik jaringan ritel raksasa ini. Menurut informasi terbaru, Djoko Susanto tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Dalam daftar yang dikeluarkan oleh salah satu lembaga keuangan terkemuka, ia berada di posisi ke-12 untuk tahun 2024, dengan total kekayaan yang mencapai USD 4,3 miliar atau sekitar Rp 70,56 triliun.
Meskipun mengalami sedikit penurunan kekayaan sebesar 1,17% di tahun 2025, dengan total menjadi USD 3,5 miliar, Djoko tetap bertahan dalam daftar orang kaya di dunia. Ia menduduki peringkat 1.083 pada skala global, menunjukkan betapa suksesnya perjalanan kariernya. Hal ini menunjukkan daya tahan dan adaptasi di dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif.
Sejak usia muda, Djoko Susanto telah menunjukkan jiwa enterpreneurialnya dengan mengelola sebuah warung makan sederhana milik orangtuanya. Pengalaman ini membantu membentuk karirnya di bidang ritel. Ia kemudian mengambil langkah strategis dengan menjalin kemitraan dengan taipan rokok Putera Sampoerna untuk memperluas usahanya. Kemitraan tersebut berkembang menjadi jaringan supermarket, dan ketika Sampoerna menjual bisnisnya kepada Philip Morris pada tahun 2005, Djoko mengambil alih bisnis ritel dan menjadikannya sebagai fondasi untuk membangun Alfamart.
Strategi bisnisnya tidak hanya berhenti di situ. Pada tahun 2022, ia juga menunjukkan kegigihannya dalam berinovasi dengan melakukan investasi senilai USD 30 juta di Bank Aladin Syariah, yang fokus pada layanan keuangan syariah. Langkah ini semakin memperkuat posisinya dalam dunia bisnis yang serba cepat dan terus berubah.
Dengan pengambilalihan Lawson dan langkah-langkah inovatif lainnya, PT Sumber Alfaria Trijaya menunjukkan bahwa mereka memiliki visi jauh ke depan dalam menghadapi tantangan dan peluang di sektor ritel. Keberhasilan Djoko Susanto menggabungkan pengalaman dan inovasi dalam mengelola bisnisnya adalah contoh nyata dari perjalanan seorang pengusaha sukses di Indonesia.