Jakarta – Pasar saham di wilayah Asia dan Pasifik menunjukkan tren penguatan yang signifikan setelah mengalami reli besar di Wall Street. Katalis utama di balik pergerakan ini adalah kemajuan dalam kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Pada hari Selasa, bursa Asia mencatatkan penguatan yang signifikan, dengan bursa saham Jepang menjadi yang terdepan.
Menurut laporan yang dirilis oleh sumber terpercaya, indeks saham acuan Jepang, Nikkei 225, melesat hingga 2,17% pada saat pembukaan perdagangan hari itu. Hal ini diiringi oleh indeks Topix, yang mencakup saham-saham dengan kapitalisasi lebih besar, yang juga meningkat sebesar 1,77%, mencerminkan optimisme di kalangan investor.
Kondisi ini juga terlihat di Korea Selatan, di mana indeks Kospi berhasil mencapai kenaikan sebesar 0,13%. Sementara itu, indeks Kosdaq yang mencakup perusahaan-perusahaan kecil, melonjak hingga 1,01% di awal perdagangan. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turut mencatatkan kenaikan sebanyak 0,71%.
Namun, di Hong Kong, kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng menunjukkan pembukaan yang lebih lemah. Level yang tercatat adalah 23.403, setelah sebelumnya ditutup pada 23.549,46. Hal ini menunjukkan adanya tingkat kewaspadaan di pasar meskipun penguatan terjadi di bursa lainnya.
Investor juga fokus pada bursa saham di India, yang mengalami lonjakan signifikan pada hari Senin. Optimisme terkait gencatan senjata antara India dan Pakistan memberikan sentiment positif bagi pasar. Indeks Nifty 50 ditutup di 24.924,70, level tertinggi yang tercatat sejak 16 Oktober 2024. Sementara itu, indeks BSE Sensex juga mengalami peningkatan, ditutup di angka 82.429,90, mencatatkan level tertinggi sejak 3 Oktober 2024.
Kondisi Bursa AS
Sementara itu, di pasar Amerika Serikat, harga saham berjangka menunjukkan tren datar menyusul kenaikan yang signifikan pada ketiga indeks utamanya. Investor kini menantikan rilis data inflasi yang dijadwalkan akan dirilis dalam waktu dekat.
Dari pergerakan sebelumnya, saham-saham di AS meroket setelah meredanya ketakutan akan resesi yang dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS dan China, yang tidak terlepas dari kesepakatan antara kedua negara tersebut. Pada penutupan sesi, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berhasil tumbuh hingga 1.160,72 poin, atau setara dengan 2,81%, menutup hari di level 42.410,10. Aksi ambil untung oleh investor tercatat cukup kuat, mendorong indeks ini mendekati level tertinggi baru.
Sementara itu, indeks S&P 500, yang mencerminkan pergerakan lebih luas dalam pasar saham, meningkat tajam hingga 3,26%, berakhir di level 5.844,19. Dengan kenaikan ini, S&P 500 mencatatkan keuntungan lebih dari 20% sejak mencapai titik terendah yang tercatat pada bulan April, saat banyak investor merespons dampak negatif dari perang tarif. Kerugian yang diderita indeks ini sepanjang tahun juga menyusut menjadi hanya 0,6%.
Nasdaq Composite, yang sering kali dianggap sebagai indikator utama bagi sektor teknologi, mengalami lonjakan yang paling signifikan, dengan kenaikan sebesar 4,35%, ditutup di angka 18.708,34. Kesepakatan perdagangan yang ditandatangani dengan China memberikan dampak positif bagi saham teknologi, terutama untuk perusahaan-perusahaan dengan eksposur tinggi ke pasar Tiongkok seperti Tesla dan Apple, yang terlihat meningkat tajam.