Situasi yang terjadi di Palestina, khususnya di Gaza, telah menarik perhatian dunia. Fadli Zon, seorang tokoh politik Indonesia, menegaskan bahwa pentingnya melindungi warisan budaya sangatlah mendesak, terutama mengingat banyaknya serangan yang terjadi pada situs-situs bersejarah. Sejak awal Oktober 2023, lebih dari 100 situs budaya di Gaza telah mengalami kerusakan parah, sebuah kenyataan yang menunjukkan dampak buruk dari konflik yang berkepanjangan.
Dalam pernyataannya, Fadli Zon tidak hanya melihat situasi ini sebagai kejahatan kemanusiaan biasa. Ia menganggapnya sebagai suatu bentuk “genosida budaya.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya warisan budaya bagi identitas suatu bangsa. “Apa yang terjadi di Gaza bukan hanya kejahatan kemanusiaan, tetapi juga penghancuran terhadap identitas dan peradaban suatu bangsa,” tegasnya. Menurutnya, penghancuran warisan budaya merupakan kejahatan perang serius yang memerlukan tanggapan nyata dari komunitas internasional.
Dalam konteks ini, Fadli Zon menekankan bahwa Indonesia memiliki komitmen kuat untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina. Negara ini bertekad untuk berkontribusi dalam mewujudkan tatanan global yang lebih adil dan beradab dengan menggunakan pendekatan diplomasi budaya. Diplomasi budaya diharapkan bisa menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan antarbangsa, menciptakan rasa saling menghargai, dan membuka dialog yang konstruktif.
Selain itu, Fadli Zon juga mengajak semua peserta kongres untuk hadir dalam World Culture Forum 2025 yang akan dilaksanakan di Bali pada bulan September mendatang. Forum tersebut diharapkan dapat menjadi ajang bagi negara-negara di dunia untuk berbagi pengalaman dan memperkuat kolaborasi budaya. Dengan adanya platform ini, diharapkan berdampak positif dalam hal perbaikan situasi global, serta memperkuat persepsi positif mengenai budaya sebagai kekuatan yang dapat mendorong perdamaian.
Pada pidato penutupnya, Fadli Zon menggarisbawahi pentingnya kesadaran kolektif bahwa ketika budaya suatu bangsa terganggu, identitas masyarakat yang bersangkutan juga akan melemah. Hal ini bisa berujung pada fragmentasi sosial dan ketersesatan dalam menciptakan perdamaian. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh negara untuk memanfaatkan kekuatan budaya dalam menghadapi tantangan global. Melalui kolaborasi budaya, diharapkan bisa tercipta dunia yang lebih damai, adil, dan inklusif bagi generasi mendatang.