Dua rekan, Ismu dan Daniel, bukan satu-satunya yang merasakan tantangan keuangan di Jakarta. Duta, seorang pekerja di sebuah media massa, juga berbagi pandangannya mengenai kondisi keuangan yang dihadapinya. Meskipun pendapatannya melebihi Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta, gaji Duta masih jauh dari angka ideal, yakni di bawah Rp 10 juta.
Gaji yang diterimanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi masih harus diatur dengan sangat ketat. Hal ini terutama disebabkan oleh tanggungannya terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terletak di kawasan Depok, Jawa Barat. Dalam situasi seperti ini, penting bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang matang untuk memastikan semua kebutuhan dapat dipenuhi.
Duta menggambarkan kondisi keuangannya sebagai cukup, namun perlu penyesuaian lebih lanjut. “Kalau kita bicara tentang biaya bulanan, itu bisa dibilang pas-pasan,” ungkapnya. Ia harus mempertimbangkan berbagai pengeluaran, mulai dari cicilan KPR hingga biaya operasional yang berkaitan dengan pekerjaannya, seperti transportasi. Ini mencakup biaya bahan bakar, transportasi umum, atau bahkan jasa ojek daring yang sering kali lebih praktis.
Lebih jauh lagi, Duta juga harus memperhitungkan pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, yang mencakup makanan, listrik, koneksi internet, serta biaya pendidikan anak-anak. “Semua itu harus dicakup dalam satu anggaran bulanan. Tanpa perencanaan yang baik, bisa bingung sendiri nantinya,” tambahnya. Ia berpandangan bahwa pengeluaran di Jakarta sangat bervariasi dan bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi mereka yang memiliki penghasilan terbatas.
Duta juga berpendapat bahwa angka Rp 10 juta per bulan seharusnya menjadi tolok ukur minimal bagi banyak orang, terutama mereka yang memiliki tanggungan. “Harapannya, jika pendapatan bisa meningkat, sebagian dari dana itu dapat dialokasikan untuk investasi masa depan. Mungkin lebih dari Rp 10 juta itu dapat menjadi ambang batas minimal untuk menutupi segala kebutuhan serta investasi jangka panjang, seperti pendidikan anak,” jelasnya.
Melihat dari sudut pandang Duta, bisa dipahami bahwa meskipun ia tergolong memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan UMR, kenyataannya, hidup di kota besar seperti Jakarta memerlukan anggaran yang lebih besar dan perencanaan yang lebih cermat. Ini mengindikasikan pentingnya literasi keuangan bagi pekerja muda, agar mereka dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan merencanakan masa depan yang lebih baik.
Dengan semakin besarnya tantangan ekonomi, penting bagi setiap individu untuk tidak hanya fokus pada pendapatan, tetapi juga pada bagaimana cara mengelola serta merencanakan keuangan demi mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Dalam upaya tersebut, kesadaran akan pentingnya investasi dan pengelolaan uang yang bijak menjadi kunci untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.