www.wartafakta.id –
Jakarta – PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) mencatatkan kinerja keuangan yang menarik sepanjang kuartal pertama 2025. Meski mengalami penurunan pendapatan, laba perusahaan justru menunjukkan peningkatan yang signifikan hingga Maret 2025.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan ini meraih pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 699,65 miliar pada kuartal I 2025. Pendapatan ini mengalami penurunan sebesar 9,37% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 772,05 miliar.
Pada sisi beban pokok penjualan, terdapat penurunan sebesar 10,15% dari Rp 515,17 miliar menjadi Rp 462,84 miliar hingga kuartal I 2025. Penurunan ini memberikan dampak positif meski laba bruto mengalami penurunan sebesar 7,81%, yang tercatat menjadi Rp 236,81 miliar dibandingkan Rp 256,88 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Penting untuk dicatat, perusahaan ini berhasil mengurangi beban penjualan yang kini tercatat sebesar Rp 33,11 miliar, turun dari Rp 47,36 miliar pada kuartal I 2024. Beban umum juga menurun, menjadi Rp 25,66 miliar dari sebelumnya Rp 27,23 miliar. Upaya pengelolaan biaya ini menunjukkan langkah strategis yang diambil manajemen untuk menjaga kinerja keuangan.
Di sisi lain, pendapatan usaha lainnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan, mencapai Rp 27,07 miliar hingga Maret 2025, naik dari Rp 15,43 miliar di tahun lalu. Selain itu, perusahaan juga berhasil menekan beban usaha lainnya, turun menjadi Rp 186,47 juta dari Rp 888,88 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Seiring dengan pengurangan beban dan peningkatan pendapatan, laba usaha perusahaan tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,11%, menjadi Rp 204,92 miliar hingga Maret 2025. Pada tahun lalu, laba usaha perusahaan berada di angka Rp 196,83 miliar.
Yang menarik, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar 8,44% menjadi Rp 167,22 miliar hingga kuartal I 2025, dibandingkan dengan Rp 154,20 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas termasuk dalam kondisi pendapatan yang menurun.
Akibatnya, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun mengalami kenaikan menjadi Rp 20, naik dari Rp 19 pada kuartal I 2024. Ini merupakan indikator positif bagi para pemegang saham yang melihat potensi pertumbuhan jangka panjang dari perusahaan ini.
Dari perspektif neraca keuangan, total ekuitas mencatatkan angka Rp 3,01 triliun hingga Maret 2025, meningkat dari Rp 2,24 triliun di Desember 2024. Meskipun liabilitas perusahaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 469,57 miliar, dari sebelumnya Rp 428,40 miliar, namun hal ini sejalan dengan pertumbuhan aktifitas bisnis.
Aset perusahaan meningkat menjadi Rp 3,48 triliun hingga Maret 2025 dari Rp 2,67 triliun di Desember 2024. Menariknya, kas dan setara kas sebesar Rp 1,49 triliun pada kuartal I 2025 meningkat tajam dari Rp 579,32 miliar di Desember 2024. Ini menunjukkan likuiditas yang lebih baik dan ketahanan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.