Pakar Emas Ibrahim Assuaibi memberikan pandangannya mengenai proyeksi harga emas dunia yang diindikasikan akan mengalami tekanan seiring dengan isu penting yang beredar mengenai pertemuan antara pejabat senior dari Amerika Serikat dan Tiongkok pada tanggal 10 Mei 2025 yang akan datang.
Acara tersebut menjadi titik perhatian di kalangan pelaku pasar global, terutama mengingat ketegangan yang terus meningkat di antara kedua negara dalam konteks perang dagang yang berlangsung. Pertemuan ini diharapkan akan membahas langkah-langkah menuju negosiasi terkait tarif impor yang sangat tinggi, di mana Amerika Serikat menerapkan tarif selangit hingga 145% untuk barang-barang yang diimpor dari Tiongkok, yang tentu saja menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Ibrahim menyatakan bahwa dalam pertemuan tersebut, salah satu agenda utama adalah penyelesaian masalah tarif yang merugikan kedua negara. Terlepas dari adanya ketegangan, kedua pihak tampaknya masih mencoba mencari jalan keluar, meskipun penuh dengan tantangan dan risiko yang mengintai. Dia mengungkapkan, “Saya melihat bahwa pada tanggal 10 Mei 2025, pertemuan di Swiss ini menjadi krusial untuk langkah selanjutnya dalam negosiasi tarif impor yang dikenakan Amerika terhadap barang-barang Tiongkok yang mencapai angka 145%, di mana Tiongkok pun tak tinggal diam dengan menetapkan tarif balasan sebesar 125% untuk barang-barang asal Amerika.”
Dari analisis Ibrahim, langkah-langkah yang diambil oleh Tiongkok berbeda dibandingkan negara lain yang pernah menghadapi situasi serupa dengan Amerika Serikat. Ia mencatat bahwa Tiongkok mengambil pendekatan strategis dengan menyatakan bahwa mereka mengikuti undangan resmi dari pihak Amerika, yang mencerminkan keinginan untuk mencapai kesepakatan dan bukan sekadar melanjutkan siklus konflik yang merugikan.
Tiongkok, dalam perspektif Ibrahim, menunjukkan sikap diplomasi dengan menegaskan bahwa keikutsertaan mereka dalam pembicaraan ini adalah atas undangan langsung dari pemerintah Amerika Serikat, bukan karena inisiatif dari pihak Tiongkok sendiri. “Jadi, Tiongkok menunjukkan sikap bahwa mereka hadir sebagai bentuk respons terhadap undangan, bukan sebagai pihak yang menyerang atau memprovokasi,” tambahnya.
Dengan latar belakang yang semakin rumit ini, pasar emas berpotensi akan merasakan dampak dari hasil pertemuan tersebut. Ketidakpastian global saat ini memberi efek domino tidak hanya terhadap harga emas, tetapi juga terhadap aset-aset lainnya. Bagi investor, momen ini adalah saat yang tepat untuk menganalisis dan merencanakan langkah-langkah strategis mereka.
Menarik untuk dicatat bahwa setiap perkembangan dalam perang dagang ini bukan hanya berpengaruh secara ekonomi, tetapi juga berdampak pada sentimen investor. Ketika ketidakpastian meningkat, seringkali harga emas naik karena dianggap sebagai aset aman. Namun, di sisi lain, jika pembicaraan berujung pada kesepakatan yang konstruktif, bisa jadi harga emas akan mengalami penurunan.
Oleh karena itu, momen pertemuan ini tidak boleh dianggap remeh. Ini adalah kesempatan bagi kedua negara untuk menunjukkan sikap kerjasama di tengah ketegangan yang ada. Bagi investor, mengikuti perkembangan ini secara saksama menjadi penting untuk memahami tidak hanya kondisi pasar, tetapi juga untuk merancang strategi investasi yang tepat.