Jakarta – Pada pekan lalu, harga Ethereum mengalami lonjakan yang signifikan, hampir mencapai 40%. Tercatat, harga cryptocurrency ini berada pada kisaran USD 1.800, sekitar Rp 29,94 juta, dan melonjak menjadi USD 2.500, yang setara dengan Rp 41,59 juta. Lonjakan ini menarik perhatian banyak investor baru dan menciptakan gelombang optimisme di pasar.
Peristiwa ini tampaknya dipicu oleh sejumlah faktor makroekonomi, termasuk pengumuman positif dari pemimpin Amerika Serikat mengenai hubungan perdagangan dengan China serta perjanjian terbatas dengan Inggris. Hal ini berkontribusi pada kenaikan indeks saham utama, seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, yang menunjukkan performa terbaik pada awal pekan.
Namun, tidak semua aset digital mampu mempertahankan momentum yang positif ini. Dalam waktu yang sama, Bitcoin, Ethereum, dan Solana mengalami penurunan. Beberapa analis menunjukkan bahwa penurunan ini mungkin merupakan hasil dari aksi ambil untung setelah lonjakan harga yang cukup tajam sebelumnya. Menurut data terbaru, pada hari Selasa, harga Ethereum tercatat menurun sebesar 2,93% dalam 24 jam terakhir, meskipun dalam seminggu terakhir harga Ethereum masih mencatatkan kenaikan yang cukup mengesankan hingga 39,07%.
“Rebound yang terlihat pada Ethereum dan cryptocurrency lainnya mencirikan optimisme baru di pasar,” ujar James Toledano, Chief Operating Officer sebuah wallet crypto. Dia menekankan, walaupun ada optimisme, terdapat kekhawatiran bahwa kenaikan ini mungkin bersifat sementara dan lebih didasarkan pada faktor sentimen serta dinamika politik saat ini.
Toledano juga menegaskan bahwa para investor jangka panjang lebih memilih untuk melihat kekuatan fundamental sebagai pendorong utama harga. Hal ini menjadi relevan dalam konteks arus investasi ke dalam Exchange-Traded Funds (ETF) yang berkaitan dengan cryptocurrency. Meskipun ETF spot Bitcoin berhasil menarik arus masuk bersih mencapai USD 600 juta, ETF Ethereum justru mengalami arus keluar sebesar USD 55 juta.
Matteo Greco, seorang analis dari sebuah firma penelitian, berpendapat bahwa lonjakan harga Ethereum sebagian besar didorong oleh investor ritel, bukan oleh entitas institusional. Ia mencatat bahwa kombinasi antara pertumbuhan harga yang signifikan dan aliran dana keluar dari ETF Ethereum menunjukkan bahwa investor asli yang mengambil langkah strategis dalam merespons perubahan pasar.
Melihat tren ini, dapat disimpulkan bahwa meskipun ada tanda-tanda optimisme di pasar cryptocurrency, terdapat nuansa skeptisisme mengenai keberlanjutan pertumbuhan ini. Dengan banyaknya variabel yang mempengaruhi harga kripto, investor diharapkan dapat melakukan analisa yang mendalam dan tetap waspada terhadap fluktuasi yang mungkin terjadi di masa depan.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menunjukkan bahwa ekosistem cryptocurrency terus berevolusi, dan dinamika baru akan terus muncul seiring dengan pertumbuhan teknologi dan peningkatan ketertarikan publik terhadap aset digital. Hal ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi para investor yang harus bisa menavigasi pasar dengan cermat.