www.wartafakta.id – Pergerakan geopolitik yang intens sering kali menyebabkan investor mencari perlindungan dengan beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman. Fenomena ini, yang dikenal sebagai aksi “flight-to-safety,” berdampak langsung terhadap pasar aset berisiko, termasuk cryptocurrency.
Misalnya, pada bulan Februari 2022, dunia dikejutkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan volatilitas tinggi di pasar keuangan. Dalam periode tersebut, Bitcoin sebagai salah satu aset kripto utama mengalami penurunan signifikan, hampir mencapai 8 persen dalam sehari, menembus level sekitar USD 34.000.
Ketegangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah juga sering memicu reaksi serupa di pasar global. Pada bulan April 2024, ketika Iran meluncurkan serangan dronenya ke Israel, pasar kripto bergetar hebat, dengan Bitcoin merosot 7 persen, sementara Ethereum dan Solana mengalami penurunan hingga 9 persen dan 16 persen, masing-masing, dalam waktu yang sangat singkat.
Pentingnya Pemahaman Geopolitik untuk Investor Kripto
Investasi dalam cryptocurrency bukanlah murni soal analisis teknikal, tetapi juga menyangkut pemahaman konteks geopolitik. Memahami faktor-faktor eksternal ini dapat membantu investor mengambil keputusan yang lebih baik ketika situasi global bergejolak.
Saat ketegangan internasional meningkat, aset berisiko sering kali akan menarik perhatian pasar. Hal ini menegaskan pentingnya bagi investor untuk terus memantau dinamika geopolitik, guna mengantisipasi potensi pergeseran nilai aset yang mereka miliki.
Misalnya, reaksi pasar terhadap berita terbaru bisa menjadi sinyal bagi investor yang cerdas untuk menjual atau membeli. Dalam kondisi yang sangat volatile, investor yang peka terhadap tren geopolitik sering kali dapat menempatkan diri lebih baik daripada mereka yang hanya fokus pada analisis pasar domestik.
Dampak Ekonomi dari Ketegangan Global terhadap Cryptocurrency
Saat terjadi konflik bersenjata atau ketegangan diplomatik, reaksi pasar sering kali dramatis dan langsung. Cryptocurrency, sebagai aset yang relatif baru, sangat sensitif terhadap berita-berita tersebut, sering kali mengalami lonjakan atau anjlok secara tiba-tiba.
Contohnya, pada bulan Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, harga Bitcoin menjunam dari level tertinggi sekitar USD 111.000 ke bawah USD 98.000. Kejadian ini menciptakan dampak besar yang mengakibatkan hilangnya miliaran dolar dari nilai pasar.
Reaksi pasar dalam situasi seperti ini juga mengindikasikan betapa tipisnya batas antara emosi investor dan realitas ekonomi. Likuidasi besar-besaran di bursa, dengan posisi leverage yang dihapus hingga lebih dari USD 1 miliar, merupakan contoh nyata dari dampak psikologis terhadap investasi.
Strategi Hedging bagi Investor di Masa Gejolak
Dalam menghadapi ketidakpastian global, strategi hedging menjadi penting bagi investor cryptocurrency. Hedging bisa menjadi cara untuk melindungi portofolio dari penurunan yang tajam akibat situasi geopolitik yang tidak menentu.
Investor dapat memanfaatkan berbagai instrumen keuangan untuk melindungi aset mereka. Misalnya, menggunakan kontrak berjangka atau opsi untuk mengunci harga saat ini, sehingga meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh volatilitas yang ekstrem.
Selain itu, diversifikasi portofolio juga sering dianjurkan untuk mengurangi risiko. Dengan memiliki berbagai jenis aset, investor bisa lebih tahan terhadap guncangan yang disebabkan oleh ketegangan internasional, sekaligus memanfaatkan peluang yang muncul saat situasi kembali stabil.